Bagi yang Punya Utang Puasa, Lebih Baik Puasa Qadha Atau Puasa Syawal Dulu? Ini Penjelasannya


Memasuki Bulan Syawal, ada ibadah sunah yang dianjurkan untuk dilakukan bagi para umat muslim.

Ibadah tersebut yakni puasa Syawal, atau puasa yang dilakukan di bulan Syawal.

Namun, bagaimana jika ada yang masih memiliki utang puasa di bulan Ramadan, terutama bagi para perempuan yang mengalami menstruasi dan tidak diperbolehkan puasa selama Bulan Ramadan?

Lantas, manakah yang lebih utama, puasa qadha atau puasa pengganti dengan puasa Syawal?

Sebaiknya Utang Puasa Dilunasi Dulu

Rektor IAIN Ponorogo, Evi Muafiah, mengatakan yang utama sebelum membayar utang puasa adalah lebih baik tidak puasa sunnah terlebih dahulu.

Jadi, yang lebih baik adalah membayar utang puasa sebelum melakukan puasa Syawal.

"Yang utama memang sebelum kita membayar utang kita tidak boleh puasa sunah itu. Jadi sebaiknya hutangnya dilunasi dulu," kata Evi dalam Program Oase di kanal YouTube Tribunnews.com, Jumat (14/5/2021).

Namun, Evi menegaskan, bagi perempuan yang memiliki utang puasa akan mendapatkan banyak keringanan untuk membayarnya.

"Untuk perempuan-perempuan yang memiliki hutang puasa itu kita mendapatkan berbagai macam keringanan untuk membayar utangnya," sambungnya.

Dapat Tiga Pahala Sekaligus di Bulan Syawal

Evi menuturkan, khusus di bulan Syawal, umat Muslim yang terutama perempuan bisa mendapatkan tiga pahala sekaligus.

Pahala yang pertama yakni pahala melakukan puasa qadha atau puasa pengganti.

Kemudian, puasa diniati untuk membayar utang puasa atau puasa qadha, terutama bagi perempuan yang memiliki utang puasa selama bulan Ramadan kemarin.

"Yang pertama puasa di bulan Syawal selain tanggal 1, karena hanya tanggal 1 Syawal saja yang tidak diperbolehkan puasa."

"Di tanggal 2 dan setererusnya diniati untuk puasa membayar utang atau qadha. Bagi perempuan ini ya yang utama karena memiliki hutang puasa," ujar Evi.

Yang kedua adalah diniati untuk sunah puasa syawal, sehingga bisa juga mendapatkan pahala sunnah puasa syawal.

"Kemudian yang kedua diniati puasa Syawal sekalian, sunnah dapet pahalanya," imbuhnya.

Kemudian yang ketiga, jika nanti berpuasa di hari Senin dan Kamis, maka bisa juga mendapatkan pahala puasa Senin Kamis.

"Nanti kalau ketemu dengan hari Kamis atau hari Senin, maka tambah lagi itu pahalanya puasa Senin kamis."

"Jadi ada tiga puasa qadha, kemudian puasa syawal dan puasa Senin Kamis. Dan itu boleh satu puasa dengan tiga niat, istimewa ini pokoknya," pungkasnya.

Niat Puasa Syawal

Berikut bacaan Niat Puasa Syawal:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya:

“Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah SWT.”

Tidak seperti Puasa Ramadhan, niat puasa Syawal bisa dilakukan saat siang hari selama belum makan atau minum.

Berikut niat Puasa Syawal yang dilakukan siang hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya:

“Aku berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah SWT.”

Tata Cara Puasa Syawal

Berikut ini tata cara dan ketentuan puasa Syawal, dikutip dari laman Universitas Muhammadiyah Sukabumi, ummi.ac.id:

1. Puasa Syawal dilakukan selama enam hari

Bagi yang berpuasa Ramadan dengan sempurna, lalu mengikutkan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapatkan pahala puasa setahun penuh.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis, puasa Syawal itu dilakukan selama enam hari.

Lafaz hadis ini adalah:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

Dari hadis tersebut, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).

Baca juga: Bacaan Niat Puasa 6 Hari di Bulan Syawal, Ini Tata Cara serta Keutamaan Puasa Syawal

2. Diutamakan dikerjakan berurutan

Puasa Syawal diutamakan agar dikerjakan secara berurutan.

Namun, jika tak bisa dikerjakan berurutan, boleh dikerjakan secara terpisah-pisah.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah.

Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.”

3. Usahakan untuk mengganti utang puasa Ramadan dahulu atau puasa Qadha

Jika Anda memiliki utang puasa Ramadan, disarankan untuk menggantinya terlebih dulu (qadha' puasa).

Hal ini berdasarkan penjelasan Ibnu Hambali dalam kitab Lathoiful Ma’arif.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,

“Siapa yang mempunyai kewajiban qadha’ puasa Ramadan, hendaklah ia memulai puasa qadha’nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang Muslim menjadi gugur.

Bahkan puasa qadha’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).

Begitu pula beliau mengatakan, “Siapa yang memulai qadha’ puasa Ramadan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qadha’nya sempurna, maka itu lebih baik.

Inilah yang dimaksud dalam hadits, yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal.

Namun, pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qadha’ puasanya di bulan Syawal.

Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qadha’ itu dilakukan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).

4. Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fitri

Puasa Syawal diutamakan setelah Hari Raya Idul Fitri, tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

“Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah Idul Fitri (1 Syawal) secara langsung.

Ini menunjukkan bersegeralah dalam melakukan kebaikan.” (Syarhul Mumti’, 6: 465)
Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait