Cerita Korban Serangan Israel di Jalur Gaza, Anak-anak Teriak dan Menangis, Momen Itu Mengerikan


Hussein Abdul Qleeq menjalani perawatan di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza.

Ia mengalami luka di bagian leher, tangan, dan punggung setelah terkena pecahan peluru meriam tentara Israel yang dijatuhkan di wilayah Jalur Gaza pada Jumat (14/5/2021) kemarin.

Saat Israel membombardir kawasan Jalur Gaza, Hussein sedang berada di loteng rumahnya. 

"Saat itu saya sedang duduk bersama keluarga saya," tutur pria berusia 30 tahun itu, dikutip Tribunnews.com dari theguardian.com, Sabtu (15/5/2021). 


"Tiba-tiba ada suara gemuruh artileri di perbatasan (Israel-Palestina). Saya tidak mengharapkan meriam-meriam itu akan mengenai rumah-rumah warga. Anak-anak mulai menangis dan berteriak, sampai akhirnya sebuah meriam menghantam rumah kami," sambung Hussein.

Korban serangan Israel di Jalur Gaza 450
Hussein Abdul Qleeq, warga Gaza yang menjadi korban serangan rudal tentara Israel. Ia mengalami luka di bagian leher, tangan, dan punggung akibat pecahan peluru meriam tentara Israel yang dijatuhkan di wilayah Gaza, Jumat (14/5/2021) kemarin.(The Guardian)
Hussein tinggal di Desa Bedouin yang berada di bagian utara Beit Lahia, Jalur Gaza. 

Bagian utara Beit Lahia yang berdekatan dengan perbatasan Israel menjadi lokasi yang berbahaya saat terjadi konflik.


Itu dikarenakan bagian utara Beit Lahia merupakan titik masuk utama yang digunakan tentara Israel untuk menyerang. 

Lokasi ini juga rentan terhadap bom dan artileri karena digunakan sebagai garis pertahanan oleh pejuang militan Gaza.

"Momen itu sangat mengerikan sampai-sampai Anda tidak akan bisa membayangkannya. Kami telah hidup di sini melewati tiga peperangan, tetapi baru kali ini pengeboman secara brutal terjadi begitu tiba-tiba," tutur Hussein mengenang peristiwa yang dia alami.

Sebagaimana dialami Hussein, di masa lalu, setiap akan melakukan penyerangan, tentara Israel biasanya memberikan peringatan kepada masyarakat sipil di Gaza. 

Petugas pemadam kebakaran bergegas ke tempat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, mendarat di kota Ashkelon di Israel selatan pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling baku tembak, dalam eskalasi dramatis antara musuh bebuyutan yang dipicu oleh kerusuhan di titik nyala kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.

Petugas pemadam kebakaran bergegas ke tempat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, mendarat di kota Ashkelon di Israel selatan pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling baku tembak, dalam eskalasi dramatis antara musuh bebuyutan yang dipicu oleh kerusuhan di titik nyala kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. (JACK GUEZ / AFP)
"Tetapi kali ini sama sekali tidak ada peringatan yang diberikan," ujar Hussein. 

Jonathan Conricus, juru bicara tentara Israel, mengungkapkan, pihaknya selalu mengarahkan rudal kepada target yang telah ditetapkan. 

Namun, mereka tidak selalu bisa memberikan peringatan kepada masyarakat sipil yang ada di Jalur Gaza.

"Seperti biasa, tujuannya adalah untuk menyerang target militer dan meminimalkan kerusakan tambahan dan korban sipil," ujar Jonathan dalam keterangan pers tentara Israel, Sabtu (15/5/2021).

"Biasanya kami memperingatkan masyarakat sipil sebelum kami menyerang gedung-gedung tinggi atau besar di Gaza, tapi itu tidak mungkin dilakukan dalam serangan kali ini," tutur Jonathan.
Bagikan ke Facebook

Artikel Terkait